Entri Populer

Kamis, 07 April 2011

Suka duka trasmigrasi di Kalimantan



 Sambas
Kalimat Wartini yang diucapkan lirih itu menyentuh nurani Rodi Nurhayat (36). Saat itu
keduanya tengah terbaring di atas lantai papan beralas tikar. Malam itu  menjadi malam pertama pasangan suami istri asal Lendah Kulonprogo berada di rumah baru di lokasi transmigrasi Sambas. Hanya bersama si bungsu. Karena anak sulung masih di Kulonprogo, mengingat tahun depan harus ujian sekolah. Dan Rodi tak membiarkan pertanyaan itu tak terjawab. Ayah dua anak ini dengan optimis menjawab : ”Ya, kita harus mulai bekerja, bersama-sama menyingsingkan lengan baju. Kita harus mengupayakan cara agar bisa segera dapat mengolah lahan”. Mata Rodi tampak berkaca-kaca saat menceritakan dan mengenang peristiwa malam sebelumnya.
Sementara, Guntardi (40) mengakui bila saat memasuki lokasi trans, Wulan Palupi, istrinya tampak shock. ”Saya bisa memahami, apalagi dia memang tidak pernah pergi jauh,” papar Guntardi yang menceritakan kondisi istrinya, Wulan Palupi. Pagi harinya, menurut Guntardi yang asal Sinduadi Sleman, Wulan sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan baru di Sabung SP-1 atau Kota Terpadu Mandiri (KTM) Subah di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat (Kalbar). Tampaknya hal itu sudah tidak menjadi masalah lagi setelah Guntardi menceritakan bagaimana kiprah saat mengadu nasib di perkebunan sawit di Sumatera  pada 2007-2009 silam. Demi masa depan kedua anak yang sekolah di Yogya, mereka harus siap bekerja keras di kawasan transmigrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar